Saint John’s Catholic School hadir dalam Sketsa Keluarga Indonesia di Heartline FM pada hari Rabu, 27 Oktober 2021. Dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda, hadir wakil-wakil dari Saint John’s yaitu Retty N. Hakim, C. Thika Padeswari, Bekti Yustiarti dan Novi Tri Darmayanti. Topik bahasan mereka hari itu adalah “Menjadi Warga Internasional dengan Semangat Sumpah Pemuda”.
Saint John’s School yang terkenal sebagai Satuan Pendidikan Kerja sama (SPK) menyediakan kesempatan untuk anak didik praktek berbahasa Inggris sejak usia dini, serta menyediakan pilihan bahasa asing ke-dua yakni Bahasa Jerman dan Bahasa Mandarin sebagai pelajaran intrakurikuler sejak jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Apakah dengan demikian anak akan melupakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu mereka? Bagaimana menyiapkan anak untuk menjadi warga dunia dengan tetap menyalakan semangat Sumpah Pemuda, semangat nasionalisme dalam diri mereka?
Kunci utama adalah mempersiapkan anak-anak tersebut agar mampu membuka pintu komunikasi dengan dunia menggunakan kunci kemampuan berbahasa mereka. Ms. Bekti (guru Bahasa Indonesia) menegaskan bagaimana guru mengarahkan agar murid-murid mereka mengenal Bahasa Indonesia serta tumbuh semangat nasionalismenya. Sementara Ms. Novi (guru Bahasa Jerman) menerangkan bahwa belajar bahasa juga membantu anak-anak ini untuk lebih mengenali padanan bahasa Indonesia dan mengenali struktur bahasa ketika membandingkan bahasa.
Yang perlu disadari juga adalah kekuatan pasar Indonesia yang sangat besar, sehingga anak-anak mengerti bahwa mempelajari bahasa asing tidak berarti meninggalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mereka.
Becoming the Citizen of the World with the Spirit of Sumpah Pemuda
Heartline FM invited Saint John’s Catholic School for its Sketsa Keluarga Indonesia on Wednesday, 27th October 2021. To commemorate the “Sumpah Pemuda” day, some representatives from Saint John’s; Retty N. Hakim, C. Thika Padeswari, Bekti Yustiarti, and Novi Tri Darmayanti presented their views in the discussion “Menjadi Warga Internasional dengan Semangat Sumpah Pemuda”.
Saint John’s School, known as Satuan Pendidikan Kerja sama (SPK), gave the students a chance to learn English on a practical level since their early age. It also provides a second foreign language as their choice for intracurricular subject. Starting from Junior High School, the students may choose between Mandarin or German language.
Will the students forget the Indonesian Language as their native language? How to prepare them to be an international citizen while igniting the spirit of Sumpah Pemuda and the passion of nationalism in them?
The main key is to prepare the students so that they can open the door of communication with the world using their language ability as the key. Ms. Bekti (Indonesian language teacher) emphasizing how a teacher should direct their students to really know the Indonesian language. At the same time, growing the spirit of nationalism in them. Meanwhile, Ms. Novi (German language teacher) explained that learning Indonesian language also help the students to dig deeper on the quality of their Indonesian language while learning it comparison in language structures to other languages.
One important thing that is important to note down is the big market place of Indonesian people. By acknowledging this, students will understand that learning foreign language should not make them abandon their native language.
Want to know more about the conversation? Please follow on